Posted by : Nezumi-KID
Jumat, 06 April 2012
Pada
zaman dahulu kala, hiduplah sepasang suami istri yang tidak memiliki
anak. Suatu hari mereka pergi ke sebuah kuil dan berdoa, "Oh, tolong
berilah kami anak. Kami sungguh menginginkan seorang anak." Dalam
perjalanan pulang, mereka mendengar isak tangis dari rerumputan. Mereka
mendekati rerumputan itu dan menemukan seorang bayi laki-laki yang
sangat mungil terbungkus dengan selimut berwarna merah terang.
"Bayi siapa ini?" tanya sang suami.
"Entahlah. Mungkin bayi ini adalah jawaban dari doa kita", kata sang istri.
Mereka membawa pulang bayi mungil itu ke rumah dan membesarkannya selayaknya anak sendiri.
Sang
bayi mungil tumbuh dengan sehat, tetapi ia tidak bertumbuh besar. Kini
besarnya pun tidak sampai sebesar jempol manusia. Bertahun-tahun ia
dirawat dengan baik, tetapi ia sama sekali tidak bertumbuh. Tingginya
hanya 1 inci (di jepang disebut 1 sun yang tingginya kira-kira 1 inci). Maka dari itu, orang-orang memanggilnya Issun-boushi (one inch boy).
Hari
berganti hari, Issun-boushi bertambah dewasa pergi kepada kedua orang
tuanya da berkata, "Saya sangat berterima kasih kepada Ayah dan Ibu
karena sudah membesarkanku, sekarang saya harus pergi ke dunia luar dan
mencoba peruntunganku."
"Tapi, Nak, dunia luar itu begitu sulit, apa kamu yakin bisa menghadapinya?" tanya sang ibu.
"Saya akan berusaha supaya saya sukses dan membahagiakan Ayah dan Ibu", jawab Issun-boushi meyakinkan kedua orang tuanya.
"Tapi
lihat badanmu. Kamu masih terlalu kecil untuk pergi keluar. Terlalu
berbahaya. Tunggulah hingga kamu bertumbuh besar.", cegah sang ayah.
"Tidak,
Ayah. Saya merasa ini sudah waktunya saya untuk tidak bergantung pada
Ayah dan Ibu. Saya ingin menunjukkan bahwa saya bisa!", kata
Issun-boushi tegas.
"Tapi, Nak...", sang ibu mulai meneteskan air mata.
Melihat
kegigihan hati Issun-boushi, akhirnya kedua orang tua Issun-boushi
merelakan kepergiannya. Sebelum kepergian Issun-boushi, kedua orang
tuanya memberikan sebuah jarum sebagai pedang, mangkuk kayu sebagai
perahu, dan sebuah sumpit untuk dayungnya.
"Terima kasih Ayah, Ibu. Saya akan menggunakan barang-barang ini dengan baik", kata Issun boushi kepada orang tuanya.
"Berhati-hatilah dan jaga dirimu, Nak!" kata kedua orang tuanya.
"Ya,
saya akan berhati-hati. Selamat tinggal Ayah, Ibu!" Issun-boushi pergi
sambil melambaikan tangan kepada kedua orang tua yang sangat
dicintainya.
Issun-boushi
pergi berjalan jauh sekali hingga ia sampai ke sebuah sungai. Ia
melepas mangkuk nasi yang diberikan ibunya dan menaikinya untuk
mengarungi sungai tersebut. Ia menggunakan sumpitnya untuk mendayung.
Lama ia terkatung-katung di sungai tersebut, hingga tiba-tiba muncul
seekor katak yang menabrak perahunya sehingga perahu Issun-boushi
terbalik. Untunglah Issun-boushi pandai berenang, ia berenang menuju
tepi sungai dan ternyata di sana terdapat sebuah rumah yang besar.
Issun-boushi mendekati rumah itu dan melihat betapa megahnya rumah itu.
Issun-boushi berjalan ke pintu depannya dan berteriak memanggil
penghuninya. Seorang pelayan keluar dari pintu, tapi ia tidak mendapati
seorang pun di situ.
Issun-boushi
pun berteriak, "Aku ada di sini, di bawah, di bawah!" Pelayan melihat
ke bawah, tetapi ia hanya menemukan sepasang sandal kayu milik tuannya.
Setelah beberapa saat, pelayan tersebut menemukan sesosok manusia kecil
di sebelah sandal tuannya itu. Pelayan tersebut sangat terkejut dan
langsung berlari kepada tuannya. Ia menceritakan tentang apa yang
dilihatnya kepada tuannya itu. Tuan tersebut juga sangat terkejut dan
langsung pergi keluar untuk menemui Issun-boushi. Di luar sang tuan
menemukan Issun-boushi berdiri dengan gagahnya dengan sebuah jarum di
pinggangnya.
"Halo ksatria kecil. Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya sang tuan.
"Saya
sedang mencari pekerjaan. Maukah Anda menerima saya? Jika Anda menerima
saya di sini, saya bersedia menjadi pengawal Anda. Memang saya memiliki
badan yang kecil, tetapi saya dapat bertarung dengan baik bersama
dengan pedang milik saya ini", kata Issun-boushi sambil menunjukkan
jarum yang dibawanya.
Sang tuan tertawa geli mendengar perkataan Issun-boushi, tapi ia memiliki ide cermerlang.
"Baiklah,
baiklah. Kamu diterima di sini, hanya saja bukan menjadi pengawalku,
tetapi teman bermain untuk putriku", kata sang tuan kepada Issun-boushi.
Issun-boushi
pun menjadi pengawal tetap sang putri. Lama-kelamaan mereka menjadi
teman yang akrab, mereka membaca buku bersama, bermain bersama setiap
hari. Bahkan sang putri membuatkan sebuah tempat tidur untuk
Issun-boushi dari kotak perhiasannya.
Suatu
hari, sang putri dan Issun-boushi pergi ke sebuah kuil di dekat rumah
tersebut. Tiab-tiba setan berwarna hijau yang menjijikan muncul sambil
membawa sebuah palu ajaib. Ketika setan tersebut melihat sang putri, ia
berusaha menangkapnya untuk dimangsa. Issun-boushi berusaha mencegahnya,
ia mengeluarkan pedangnya dan mulai menusuk jari kaki setan tersebut.
Akan tetapi kulit setan tersebut sangat tebal sehingga jarum milik
Issun-boushi tidak dapat menembusnya. Setan tersebut semakin dekat dan
dekat dengan sang putri. Sang putri terus berusaha melarikan diri.
Melihat itu, Issun-Boushi bergegas memanjat setan tersebut hingga sampai
di kepalnya. Issun-boushi mengeluarkan pedangnya dan menusuk hidung
setan tersebut. Si setan menjadi kesakitan dan marah, ia membuka
mulutnya lebar-lebar dan mengeluarkan geraman yang sangat kencang.
Isssun-boushi
melompat ke dalam mulut setan tersebut dan mulai memotong lidah setan
tersebut dengan pedangnya. Si setan terkejut kesakitan dan memuntahkan
Issun-boushi keluar kemudian setan itu melarikan diri. Setan itu
menjatuhkan palu ajaibnya ketika melarikan diri. Sang putri berlari
kepada palu ajaib itu dan mengambilnya.
"Terima kasih Issun-boushi, kamu tahu ini palu apa?" tanya sang putri.
"Tidak, palu apa itu?" jawab Issun-boushi.
"Ini adalah palu ajaib yang bisa mengabulkan permintaan apa saja. Sekarang kita bisa membuat permohonan", kata sang putri.
Sang
putri menggoyangkan palu tersebut sambil memohon, "Tolong buat
Issun-boushi membesar." Setiap kali palu itu digoyangkan, Issun-boushi
bertumbuh 1 inci, sang putri menggoyang-goyangkan palu tersebut hingga
Issun-boushi menjadi sebesar pemuda sebayanya. Mereka sangat senang
melihat keajaiban yang terjadi pada Issun-boushi, sesampainya di rumah,
sang tuan terkejut melihat Issun-boushi. Sang putri pun menjelaskan apa
yang sebenarnya terjadi kepada ayahnya itu. Sang tuan mengadakan pesta
untuk Issun-boushi sebagai rasa terima kasihnya telah menolong putrinya.
Beberapa tahun kemudian, Issun-boushi dan sang putri menikah dan hidup
bahagia selamanya.
Sumber:http://www.japanippon.com/