Posted by : Nezumi-KID
Jumat, 06 April 2012
Zaman
dahulu di suatu tempat hiduplah sepasang kakek-nenek. Setiap hari,
kakek ke hutan mengumpulkan kayu bakar, sedangkan nenek ke sungai
mencuci. Ketika nenek sedang mecuci, dari hulu sungai hanyutlah momo
(buah peach) Nenek memungut momo itu.
“Sepertinya, momo ini manis.” Nenek mengambil momo yang besar itu dan membawanya pulang.
Malam pun tiba. Kakek pulang memikul kayu bakar. “Nenek, nenek, kakek sudah pulang.”
“Kakek,
ya, selamat datang. Hari ini, nenek menemukan momo yang besar di
sungai. Sekarang ada di lemari…” kata nenek sambil mengeluarkan momo
itu dan meletakkannya di atas talenan. Lalu, nenek menempelkan pisau
dapur pada momo tersebut untuk membelahnya. Tapi, momo tersebut
membelah sendiri dan dari dalamnya keluar anak laki-laki yang lucu.
Begitu keluar anak laki-laki itu langsung menangis. Kakek dan nenek
terkejut.
“A,aduh,
gawat ini.” Kakek dan nenek panik. Setelah tangisnya reda kakek
berkata, “Karena anak ini muncul dari dalam momo, kita harus
menamainya Momotaro.” Begitulah Momotaro dinamai.
Kakek
dan nenek memberi Momotaro bubur, ikan dan merawatnya dengan
hati-hati. Kalau Momotaro diberi semangkuk nasi, dia akan makan
semangkuk. Kalau Momotaro diberi dua mangkuk nasi, Momotaro akan makan
dua mangkuk. Tak terasa Momotaro tumbuh jadi besar. Lalu, kalau dia
diajari berhitung satu, maka dia dapat menghitung sampai sepuluh.
Akibatnya Momotaro jadi terkenal. Selain itu, tenaganya makin lama
makin kuat, dan tanpa disadari tak seorangpun anak-anak di sekitarnya
dapat menyaingi kemampuan Momotaro. Pintar, kuat dan berbakat. Momotaro
jadi anak yang hebat. Karena Momotaro sangat lucu, kakek dan nenek
makin gembira membesarkannya.
Suatu
hari, Momotaro menghadap kakek dan nenek, duduk di depan kakek dan
nenek dan memohon sambil berkata, “Kakek, nenek. Karena aku sudah
besar aku mau pergi ke pulau hantu untuk menaklukkan hantu yang suka
merampas barang manusia. Tolong buatkan bekal kibi dango (sejenis kue
mochi yang berisi kacang) paling enak di Jepang.”
Kakek
dan nenek serentak berkata, “Kau masih kecil. Bagaimana pun juga kau
masih kecil. Untuk apa kau ke pulau hantu, menangkap para hantu itu?”
Walaupun
sudah dilarang, Momotaro tak peduli. “Kakek, nenek, aku memang
sendirian, tapi 50 atau 100 ekor hantu bukan masalah buatku.”
“Kalau begitu baiklah,” kata kakek dan nenek.
Tak
lama berselang Momotaro dibuatkan bekal kibi dango paling enak di
Jepang. Kemudian Momotaro juga diberi ikat kepala hachimaki, celana
lebar hakama dan pedang pendek yang baru. Lalu, di punggungnya juga di
dipasangkan bendera bertuliskan ‘Momotaro terkuat nomor satu di
Jepang’.
Momotaro berangkat ke pulau hantu.
Pada saat akan meninggalkan desa seekor anjing terus-menerus menyalak mengikuti Momotaro.
“Momotaro, Momotaro, kau mau pergi ke mana?”
“Ke pulau hantu, menaklukkan hantu.”
“Aku mau menemanimu ke pulau hantu asalkan kau mau memberiku sebuah kibi dango.”
“Baiklah,
kalau begitu kau jadi anak buahku. Kalau kau makan kibi dango ini
kekuatanmu akan betambah 1000 kali lipat,” kata Momotaro mengeluarkan
sebuah kibi dango dari kantong dan menyerahkan pada anjing itu. Anjing
jadi anak buah Momotaro.
Tak
lama kemudian, burung gagak berkoak-koak mendekati Momotaro. Lalu,
sama seperti anjing, Momotaro memberinya sebuah kibi dango dan
menjadikan burung gagak itu anak buahnya. Lalu, beberapa saat
kemudian, monyet berteriak-teriak mendekati Momotaro. Monyet pun
menjadi anak buah Momotaro setelah diberi sebuah kibi dango.
Momotaro
jadi jendral, anjing jadi pembawa bendera, monyet jadi pembawa
pedang. Mereka melanjutkan perjalanan ke pulau hantu. Sampailah
Momotaro dan ketiga anak buahnya di depan gerbang yang hitam dan besar
di pulau hantu. Langsung saja monyet mengetuk pintu gerbang.
Dari dalam terdengar suara. “Siapa itu?” Lalu keluarlah setan merah.
“Aku Momotaro terkuat nomor satu di Jepang. Aku ke pulau hantu ini untuk menaklukkan hantu. Enyahah kalian semua.”
Setelah
mengatakan itu, Momotaro menghunus dan menusukkan pedangnya. Monyet
bertarung dengan tombak, sedang burung gagak dan anjing dengan pedang.
Anak-anak hantu yang ada di tempat itu ribut besar dan lari ke dalam.
Di dalam banyak hantu-hantu berkumpul sedang pesta sake. Momotaro
masuk ke dalam untuk mengejar anak hantu.
“Apa,
Momotaro?” kata hantu-hantu linglung dan keluar dengan sempoyongan.
Karena Momotaro dan ketiga anak buahnya sudah makan kibi dango yang
membuat mereka jadi prajurit perkasa yang kekuatannya bertambah jadi
1000 kali lipat. Hantu dapat dikalahkan, dilempar-lempar dan
ditusuk-tusuk.
“Kami
sama sekali tak dapat mengimbangi. Ampunilah jiwa kami. Mulai hari
ini kami tak akan berbuat jahat lagi.” Jendral hantu hitam memohon di
hadapan Momotaro. Dari matanya yang besar mengalir setetes air mata.
Kepalanya dibenturkan ke tanah meminta ampun.
“Baiklah, kalau memang kalian tak akan berbuat jahat lagi, maka jiwa kalian kuampuni.” Momotaro mengampuni hantu-hantu itu.
“Kami
tak akan pernah berbuat jahat lagi. Semua barang-barang berharga ini
kuserahkan padamu.” Janji jenderal hantu. Lalu memerintahkan
bawahannya untuk memindahkan barang-barang rampasan yang ada di
gudang, barang-barang yang selama ini dirampas dari manusia.
Momotaro
menaikkan barang-barang itu ke atas kendaraannya dan menyuruh anjing,
monyet dan burung gagak menariknya untuk dibawa pulang sebagai
oleh-oleh untuk kakek dan nenek.
Peristiwa
ini sampai juga ke telinga bidadari. Bidadari memberi Momotaro hadiah
yang sangat banyak. Lalu, Momotaro hidup bahagia bersama kakek dan
nenek.