Posted by : Nezumi-KID
Jumat, 06 April 2012
Dahulu, di lautan luas sering terjadi perkelahian antara ikan hiu
Sura dengan Buaya. Mereka berkelahi hanya karena berebut mangsa.
Keduanya sama-sama kuat, sama-sama tangkas, sama-sama cerdik, sama-sama
ganas, dan sama-sama rakus. Sudah berkali-kali mereka berkelahi belum
pernah ada yang menang atau pun yang kalah. Akhimya mereka mengadakan
kesepakatan.
“Aku juga, Sura. Apa yang harus kita lakukan agar kita tidak lagi berkelahi?” tanya Buaya.
Ikan Hiu Sura yang sudah memiliki rertcana untuk menghentikan perkelahiannya dengan Buaya segera menerangkan.
“Untuk mencegah perkelahian di antara kita, sebaiknya kita membagi
daerah kekuasaan menjadi dua. Aku berkuasa sepenuhnyadi dalam air dan
harus mencari mangsa di dalam air, sedangkan kamu berkuasa di daratan
dan mangsamu harus yang berada di daratan. Sebagai batas antara daratan
dan air, kita tentukan batasnya, yaitu tempat yang dicapai oleh air laut
pada waktu pasang surut!”
“Baik aku setujui gagasanmu itu!” kata Buaya.
Dengan adanya pembagian wilayah kekuasaan, maka tidak ada perkelahian
lagi antara Sura dan Buaya. Keduanya telah sepakat untuk menghormati
wilayah masing-masing.
Tetapi pada suatu hari, Ikan Hiu Sura mencari mangsa di sungai. Hal
ini dilakukan dengan sembunyi-sembunyi agar Buaya tidak mengetahui.
Mula-mula hal ini memarig tidak ketahuan. Tetapi pada suatu hari Buaya
memergoki perbuatan Ikan Hiu Sura ini. Tentu saja Buaya sangat marah
melihat Ikan Hiu Sura melanggar janjinya.
“Hai Sura, mengapa kamu melanggar peraturan yang telah kita sepakati
berdua? Mengapa kamu berani memasuki sungai yang merupakan wilayah
kekuasaanku?” tanya Buaya.
Ikan Hiu Sura yang tak merasa bersalah tenang-tenang saja. “Aku melanggar kesepakatan? Bukankah sungai ini berair.
Bukankah aku sudah bilang bahwa aku adalah penguasa di air? Nah,
sungai ini ‘kan ada airnya, jadi juga termasuk daerah kekuasaanku,” kata
Ikan Hiu Sura.
“Apa? Sungai itu ‘kari tempatnya di darat, sedangkan daerah
kekuasaanmu ada di laut, berarti sungai itu adalah daerah kekuasaanku!”
Buaya ngotot.
“Tidak bisa. Aku “kan tidak pernah bilang kalau di air hanya air laut, tetapi juga air sungai,” jawab Ikan Hiu Sura.
“Kau sengaja mencari gara-gara, Sura?”
“Tidak! Kukira alasanku cukup kuat dan aku memang di pihak yang benar!” kata Sura.
“Kau sengaja mengakaliku. Aku tidak sebodoh yang kau kira!” kata Buaya mulai marah.
“Aku tak peduli kau bodoh atau pintar, yang penting air sungai dan air laut adalah kekuasaanku!” Sura tetap tak mau kalah.
“Kalau begitu kamu memang bermaksud membohongiku ? Dengan demikian
perjanjian kita batal! Siapa yang memiliki kekuatan yang paling hebat,
dialah yang akan menjadi penguasa tunggal!” kata Buaya.
“Berkelahi lagi, siapa takuuut!” tantang Sura dengan pongahnya.
Pertarungan sengit antara Ikan Hiu Sura dan Buaya terjadi lagi.
Pertarungan kali ini semakin seru dan dahsyat. Saling menerjang dan
menerkam, saling menggigit dan memukul. Dalam waktu sekejap, air di
sekitarnya menjadi merah oleh darah yang keluar dari luka-luka kedua
binatang itu. Mereka terus bertarung mati-matian tanpa istirahat sama
sekali.
Dalam pertarungan dahsyat ini, Buaya mendapat gigitan Ikan Hiu Sura
di pangkal ekornya sebelah kanan. Selanjutnya, ekornya itu terpaksa
selalu membelok ke kiri. Sementara ikan Sura juga tergigiut ekornya
hingga hampir putus lalu ikan Sura kembali ke lautan. Buaya puas telah
dapat mempertahankan daerahnya.
Pertarungan antara Ikan Hiu yang bernama Sura dengan Buaya ini sangat
berkesan di hati masyarakat Surabaya. Oleh karena itu, nama Surabaya
selalu dikait-kaitkan dengan peristiwa ini. Dari peristiwa inilah
kemudian dibuat lambang Kota Madya Surabaya yaitu gambar ikan sura dan
buaya.
Namun adajugayang berpendapat Surabaya berasal dari Kata Sura dan
Baya. Sura berarti Jaya atau selamat Baya berarti bahaya, jadi Surabaya
berarti selamat menghadapi bahaya. Bahaya yang dimaksud adalah serangah
tentara Tar-tar yang hendak menghukum Raja Jawa.Seharusnya yang dihukum
adalah Kertanegara, karena Kertanegara sudah tewas terbunuh, maka
Jayakatwang yang diserbu oleh tentara Tar-tar. Setelah mengalahkan
Jayakatwang orang-orang Tar-Tar merampas harta benda dan puluhan
gadis-gadis cantik untuk dibawa ke Tiongkok. Raden Wijaya tidak terima
diperlakukan sepereti ini. Dengan siasat yang jitu, Raden Wijaya
menyerang tentara Tar-Tar di pelabuhan Ujung Galuh hingga mereka
menyingkir kembali ke Tiongkok.
Selanjutnya, dari hari peristiwa kemenangan Raden Wijaya inilah ditetapkan sebagai hari jadi Kota Surabaya.
Surabaya sepertinya sudah ditakdirkan untuk terus bergolak. Tanggal
10 Nopmber 1945 adalah bukti jati diri warga Surabaya yaitu berani
menghadapi bahaya serangan Inggris dan Belanda.
Di jaman sekarang, pertarungan memperebutkan wilayah air dan darat
terus berlanjut. Di kala musim penghujan tiba kadangkala banjir
menguasai kota Surabaya. Di musim kemarau kadangkala tenpat-tempat
genangan air menjadi daratan kering. Itulah Surabaya.
Sumber: http://www.ceritarakyatindonesia.com/