Konon
kira-kira 400 tahun yang lalu hiduplah seorang samurai yang bernama
Tanoue Jizo. Samurai tersebut di utus oleh Shogun (Panglima Militer
Tertinggi di Jepang) unutk menjaga perbatasan wilayah akita dan daerah
sekitarnya. Meskipun Akita adalah daerah yang bersuhu sangat dingin,
tapi Jizo-san selalu melaksanakan kewajibannya untuk menjaga perbatasan
denga penuh tanggung jawab. Jizo-san tidak tinggal sendirian, melainkan
di temani oleh seekor anjing yang berbulu putih laksana salju. Anjing
itu ia beri nama Shiro yang artinya putih. Shiro lah yagn pertama kali
mendatangi rumah Jizo san ketika ia datang ke Akita untuk pertama
kalinya. |
| | | | |
Pada
suatu hari Jizo san bersama Shiro pergi ke gunung untuk berburu. Hari
itu cuaca cukup cerah meskipun beberapa hari terakhir turun salju yang
sangat lebat. Dimana-mana terlihat putih karena tertutup salju. Mereka
telah berburu sejak pagi hingga menjelang sore hari, namun tak satu
binatang pun nampak di hadapan mereka. | |
| | | |
“Hari ini tidak ada seekor binatang pun yang berkeliran, Shiro!” kata Jizo san kecewa. Shiro pun hanya bisa mengendus sambil mengibaskan-kibaskan ekornya. |
| | | | |
“Ayo,
kita pulang saja!” kata Jizo san seraya beranjak pulang. Namun, ketika
Jizo san hendak meninggalkan tempat itu, ia terkejut melihat Shiro yang
nampak sedang mengerang-ngerang sambil memperhatikan sesuatu. |
| | | | |
| “Ada apa, Shiro?” tanya Jizo san Karena
merasa penasaran akhirnya Jizo san pun mencoba memeriksa apa sebenarnya
yang sedang diperhatikan Shiro. Ternyata Shiro sedang memperhatikan
seekor babi hutan besar yang berwarna biru. Aneh sekali ada babi hutan
berwarna biru. Jizo san berpikir bahwa daripada pulang dengan tangan
hampa lebih baik ia segera menembak babi hutan itu sebelum kabur. Namun,
belum sempat ia melaksanakan niatnya ternyata babi hutan itu lari
terlebih dahulu. Dan tanpa di perintah, shiro pun lari mengejarnya. Jizo
san lalu mengisi senapannya dengan peluru, kemudian di arahkannya
senapan itu ke arah sang babi. Dan …”DOR”!” Temabkan Jizo san tepat
mengenai babi hutan itu. Tapi karena badan babi hutan itu sangat besar
dan kuat maka sang babi pun tidak segera terjatuh, melainkan terus
berlari kencang. Sedangkan Shiro tetap mengejar di belakangnya. |
| | | | |
Babi
hutan tersebut terus berlari melewati perbatasan. Jizo san berhenti
sejenak melihat situasi daerah sekitarnya. Ia tidak melihat penjaga
perbatasan. Sebenarnya bagi seorang petugas shogun seperti Jizo san,
tidak masalahbila ia melintasi perbatasan. Namun, ia harus menunjukkan
surat tugas dari Shogun. Tetapi, hari ini ia sengaja tidak membawa surat
tugasnya karena tujuannya Cuma berburu dan tidak berencana untuk pergi
sampai melintasi perbatasan wilayah daerah lain. Jizo san merasa
ragu-ragu ketika hendak melangkahkan kakinya melintasi perbatasan. Tapi
karena ia tidak melihat seorang penjaga pun, maka ia memutuskan untuk
terus mengejar Shiro. |
| | | | |
Beberapa
lama kemudian, akhirnya sampailah Jizo san di sebuah gua. Ternyata babi
hutan tadi tinggal di gua tersebut. Dengan mengerang-ngerang kesakitan
sang babi tergeletak lemas di temani dua ekor anaknya yang masih kecil.
Melihat keadaan tersebut, sebenarnya Jizo san tidak tega untuk
membunuhnya. Tapi setelah dipikir-pikir, ia sudah dating jauh-jauh
hingga melintasi wilayah negeri lain saying sekali bila pulang tanpa
membawa hasil apapun. Maka dengan menguatkan hati ia akhirnya menembak
babi hutan tersebut. “DOR” !” Babi hutan itu akhirnya mati. Kemudian ia
menyeret babi hutan itu untuk di bawa pulang ke Akita. Namun, belum
sampai ia melewati perbatasan wilayahnya, ia di hadang oleh beberapa
penjaga perbatasan daerah tersebut. | |
| | | | |
“Aku Jizo, Petugas Shogun dari Akita!” jawab Jizo san. “Tunjukkan surat tugasmu!” kata mereka. “Maaf, aku tidak membawanya hari ini.” Kata Jizo san. “kalau begitu, ikut kami ke pos penjagaan!” perintah mereka dengan kasar. Jizo
san mencoba menjelaskan kejadian hari itu kepada para penjaga, namun
karena ia tidak membawa bukti berupa surat tugas dari Shogun, maka ia
harus menjadi tawanan para petugas tersebut. |
| | | | |
| Hukuman
bagi para pelintas batas Negara illegal adalah hukuman penggal. Dan
hukuman itu akan dilaksanakan keesokan harinya. Menyadari hal tersebut,
Jizo san meminta Shiro untuk pulang ke Akita guna mengambilkan surat
tugas yang biasanya ia simpan di atas meja persembahan. Shiro pun
mengerti perintah tuannya dan segera berlari, terus berlari tiada henti
hingga sampai di rumah. Tetapi karena jarak rumahnya hingga penjara
tempat tuannya berada sangat jauh, dan sialnya malam itu hujan salju
turun dengan lebat. Maka berapa pun cepatnya Shiro berlari ia baru
sampai kerumahnya di Akita pada dini hari. Dan karena sampai keesokan
harinya, Shiro juga belum dating maka nasib tuannya sudah tidak bias
tertolong lagi. Sebelum menjalani hukuman penggal, Jizo-san berdoa
memohon ampun kepada Tuhan karena telah membunuh babi hutan yang masih
mempunyai anak-anak kecil. Setelah itu ia menjalani hukuman penggal. |
| | | | |
Beberapa
saat kemudian datanglah Shiro dengan membawa Surat bukti penugasan
Jizo-san. Tetapi sudah terlambat. Tuannya sudah terbujur kaku diatas
salju yang putih. Shiro menyalak dengan keras untuk memanggil tuannya.
Tapi yang dipanggil sudah tidak bernyawa lagi. la pun akhirnya menyeret
tubuh tuannya itu hingga memasuki wilayah Akita. Disana, I a lalu
memanggil para penduduk di daerah sekitarnya untuk menguburkan tubuh
tuannya. Sejak saat itu, Shiro sedih sekali. Ia kelihatan sangat
menyesal karena membiarkan tuannya terbunuh. Setiap malam ia pergi ke
atas bukit yang tinggi. Sambil mengarahkan pandangan ke arah wilayah
negeri tetangga dimana tuannya telah terbunuh, ia menggonggong dengan
lengkingan yang panjang dan memilukan. Akhirnya lama-kelamaan Shiro
berubah menjadi sebuah patung batu yang berdiri di atas sebuah bukit.
Patung batu itu menolehkan kepalanya ke arah negeri tetangga. |
| | | | |
Catatan: |
| | | | |
Cerita
ini berjudul asli Jizo-San (Jizo) berasal dari Prefektur Akita.
Kesetiaan anjing jenis Akita kepada tuannya sangat terkenal di Jepang.
Nilai positif yang dapat diambil antara lain adalah hendaknya kita
senantiasa menyayangi binatang di sekitar lingkungan kita, karena
binatang-binatang tersebut juga mempunyai perasaan yang hampir sama
dengan manusia. |
S7 dg catatan nilai positif yg diambil dari cerita ini bahwa qt muzti menyayangi binatang dan makhluk hidup lainnya disekitar qt ^_^b
BalasHapus