Posted by : Nezumi-KID Rabu, 25 April 2012


Sumber : Kisah Jepang Klasik

Konon kira-kira 400 tahun yang lalu hiduplah seorang samurai yang bernama Tanoue Jizo. Samurai tersebut di utus oleh Shogun (Panglima Militer Tertinggi di Jepang) unutk menjaga perbatasan wilayah akita dan daerah sekitarnya. Meskipun Akita adalah daerah yang bersuhu sangat dingin, tapi Jizo-san selalu melaksanakan kewajibannya untuk menjaga perbatasan denga penuh tanggung jawab. Jizo-san tidak tinggal sendirian, melainkan di temani oleh seekor anjing yang berbulu putih laksana salju. Anjing itu ia beri nama Shiro yang artinya putih. Shiro lah yagn pertama kali mendatangi rumah Jizo san ketika ia datang ke Akita untuk pertama kalinya.
Pada suatu hari Jizo san bersama Shiro pergi ke gunung untuk berburu. Hari itu cuaca cukup cerah meskipun beberapa hari terakhir turun salju yang sangat lebat. Dimana-mana terlihat putih karena tertutup salju. Mereka telah berburu sejak pagi hingga menjelang sore hari, namun tak satu binatang pun nampak di hadapan mereka. salju
“Hari ini tidak ada seekor binatang pun yang berkeliran, Shiro!” kata Jizo san kecewa.
Shiro pun hanya bisa mengendus sambil mengibaskan-kibaskan ekornya.
“Ayo, kita pulang saja!” kata Jizo san seraya beranjak pulang. Namun, ketika Jizo san hendak meninggalkan tempat itu, ia terkejut melihat Shiro yang nampak sedang mengerang-ngerang sambil memperhatikan sesuatu.
babi “Ada apa, Shiro?” tanya Jizo san
Karena merasa penasaran akhirnya Jizo san pun mencoba memeriksa apa sebenarnya yang sedang diperhatikan Shiro. Ternyata Shiro sedang memperhatikan seekor babi hutan besar yang berwarna biru. Aneh sekali ada babi hutan berwarna biru. Jizo san berpikir bahwa daripada pulang dengan tangan hampa lebih baik ia segera menembak babi hutan itu sebelum kabur. Namun, belum sempat ia  melaksanakan niatnya ternyata babi hutan itu lari terlebih dahulu. Dan tanpa di perintah, shiro pun lari mengejarnya. Jizo san lalu mengisi senapannya dengan peluru, kemudian di arahkannya senapan itu ke arah sang babi. Dan …”DOR”!” Temabkan Jizo san tepat mengenai babi hutan itu. Tapi karena badan babi hutan itu sangat besar dan kuat maka sang babi pun tidak segera terjatuh, melainkan terus berlari kencang. Sedangkan Shiro tetap mengejar di belakangnya.
Babi hutan tersebut terus berlari melewati perbatasan. Jizo san berhenti sejenak melihat situasi daerah sekitarnya. Ia tidak melihat penjaga perbatasan. Sebenarnya bagi seorang petugas shogun seperti Jizo san, tidak masalahbila ia melintasi perbatasan. Namun, ia harus menunjukkan surat tugas dari Shogun. Tetapi, hari ini ia sengaja tidak membawa surat tugasnya karena tujuannya Cuma berburu dan tidak berencana untuk pergi sampai melintasi perbatasan wilayah daerah lain. Jizo san merasa ragu-ragu ketika hendak melangkahkan kakinya melintasi perbatasan. Tapi karena ia tidak melihat seorang penjaga pun, maka ia memutuskan untuk terus mengejar Shiro.

Beberapa lama kemudian, akhirnya sampailah Jizo san di sebuah gua. Ternyata babi hutan tadi tinggal di gua tersebut. Dengan mengerang-ngerang kesakitan sang babi tergeletak lemas di temani dua ekor anaknya yang masih kecil. Melihat keadaan tersebut, sebenarnya Jizo san tidak tega untuk membunuhnya. Tapi setelah dipikir-pikir, ia sudah dating jauh-jauh hingga melintasi wilayah negeri lain saying sekali bila pulang tanpa membawa hasil apapun. Maka dengan menguatkan hati ia akhirnya menembak babi hutan tersebut. “DOR” !” Babi hutan itu akhirnya mati. Kemudian ia menyeret babi hutan itu untuk di bawa pulang ke Akita. Namun, belum sampai ia melewati perbatasan wilayahnya, ia di hadang oleh beberapa penjaga perbatasan daerah tersebut. Goa
“Aku Jizo, Petugas Shogun dari Akita!” jawab Jizo san.
“Tunjukkan surat tugasmu!” kata mereka.
“Maaf, aku tidak membawanya hari ini.” Kata Jizo san.
“kalau begitu, ikut kami ke pos penjagaan!” perintah mereka dengan kasar.
Jizo san mencoba menjelaskan kejadian hari itu kepada para penjaga, namun karena ia tidak membawa bukti berupa surat tugas dari Shogun, maka ia harus menjadi tawanan para petugas tersebut.
shiro Hukuman bagi para pelintas batas Negara illegal adalah hukuman penggal. Dan hukuman itu akan dilaksanakan keesokan harinya. Menyadari hal tersebut, Jizo san meminta  Shiro untuk pulang ke Akita guna mengambilkan surat tugas yang biasanya ia simpan di atas meja persembahan. Shiro pun mengerti perintah tuannya dan segera berlari, terus berlari tiada henti hingga sampai di rumah. Tetapi karena jarak rumahnya hingga penjara tempat tuannya berada sangat jauh, dan sialnya malam itu hujan salju turun dengan lebat. Maka berapa pun cepatnya Shiro berlari ia baru sampai kerumahnya di Akita pada dini hari. Dan karena sampai keesokan harinya, Shiro juga belum dating maka nasib tuannya sudah tidak bias tertolong lagi. Sebelum menjalani hukuman penggal, Jizo-san berdoa memohon ampun kepada Tuhan karena telah membunuh babi hutan yang masih mempunyai anak-anak kecil. Setelah itu ia menjalani hukuman penggal.
Beberapa saat kemudian datanglah Shiro dengan membawa Surat bukti penugasan Jizo-san. Tetapi sudah terlambat. Tuannya sudah terbujur kaku diatas salju yang putih. Shiro menyalak dengan keras untuk memanggil tuannya. Tapi yang dipanggil sudah tidak bernyawa lagi. la pun akhirnya menyeret tubuh tuannya itu hingga memasuki wilayah Akita. Disana, I a lalu memanggil para penduduk di daerah sekitarnya untuk menguburkan tubuh tuannya. Sejak saat itu, Shiro sedih sekali. Ia kelihatan sangat menyesal karena membiarkan tuannya terbunuh. Setiap malam ia pergi ke atas bukit yang tinggi. Sambil mengarahkan pandangan ke arah wilayah negeri tetangga dimana tuannya telah terbunuh, ia menggonggong dengan lengkingan yang panjang dan memilukan. Akhirnya lama-kelamaan Shiro berubah menjadi sebuah patung batu yang berdiri di atas sebuah bukit. Patung batu itu menolehkan kepalanya ke arah negeri tetangga.
Catatan:
Cerita ini berjudul asli Jizo-San (Jizo) berasal dari Prefektur Akita. Kesetiaan anjing jenis Akita kepada tuannya sangat terkenal di Jepang. Nilai positif yang dapat diambil antara lain adalah hendaknya kita senantiasa menyayangi binatang di sekitar lingkungan kita, karena binatang-binatang tersebut juga mempunyai perasaan yang hampir sama dengan manusia.
Sumber : Kisah Jepang Klasik

{ 1 komentar... read them below or add one }

  1. S7 dg catatan nilai positif yg diambil dari cerita ini bahwa qt muzti menyayangi binatang dan makhluk hidup lainnya disekitar qt ^_^b

    BalasHapus

Blogger news

Tidak tersedia sekarang ^^

Popular Posts

Copyright © Nezumi-Chan -Black Rock Shooter- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan